Bahasa Daerah dan Dialek Berpisah di Meja Linguistik
Penulis: Syifa Fauziah, Ilmu Komunikasi, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Daily Nusantara, Opini - Setelah Papua Nugini, Indonesia adalah laboratorium bahasa terbesar kedua di dunia. Setidaknya ada 718 bahasa daerah yang masih digunakan di Indonesia saat ini. Namun, tidak semua bahasa daerah tersebut memiliki daya tahan atau semangat yang sama.
Bergantung pada berbagai variabel, termasuk jumlah penutur, lokasi geografis penutur, dan sikap mereka terhadap bahasa mereka, setiap bahasa memiliki ketahanan yang unik. Jumlah penutur adalah salah satu faktor terpenting yang memengaruhi ketahanan suatu bahasa. Kemungkinan suatu bahasa untuk bertahan berbanding lurus dengan jumlah penuturnya. Di sisi lain, sebuah bahasa berada dalam bahaya kepunahan jika semakin sedikit orang yang berbicara dalam bahasa tersebut.
Perkembangan variasi dialek dapat dipengaruhi oleh bahasa dan aksen unik dari setiap daerah. Dialek didefinisikan sebagai variasi bahasa yang berbeda tergantung pada siapa yang menggunakannya (misalnya, kelompok sosial tertentu, periode waktu tertentu, atau bahasa daerah tertentu). Perbedaan status sosial dan asal daerah dapat menyebabkan variasi dialek.
Ada beberapa metode praktis untuk membedakan antara bahasa dan dialek yang membutuhkan pengetahuan tentang linguistik dan konteks sosial. Dialek adalah bagian dari bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri adalah sistem komunikasi yang lebih luas dan rumit. Meskipun dialek mungkin berbeda dalam pengucapan, kosakata, dan terkadang tata bahasa, penutur bahasa yang sama tetap dapat memahami satu sama lain.
Bahasa memiliki struktur tata bahasa dan leksikon yang lebih lengkap. Mempertimbangkan seberapa baik kita dapat memahami ucapan adalah salah satu metode mudah untuk membedakan keduanya; jika kita masih dapat memahaminya meskipun ada variasi, kemungkinan besar itu adalah sebuah dialek. Dialektometri adalah teknik yang digunakan dalam dialektologi untuk mengukur perbedaan antara ucapan; jika perbedaan ini melebihi 70%, ucapan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahasa yang berbeda.
Selain itu, latar belakang sosial dan geografis juga penting; misalnya, dialek yang berbeda dari sebuah bahasa seperti bahasa Jawa mencerminkan latar belakang geografi dan budaya penuturnya. Variasi penggunaan juga dipertimbangkan; dialek sering kali dibentuk oleh generasi atau kelompok sosial tertentu. Penting juga untuk membedakan antara dialek dan aksen; dialek mencakup variasi tata bahasa dan kosakata yang lebih luas, sementara aksen berhubungan dengan pola bicara.
Pada kenyataannya, sebuah dialek dapat digunakan jika seorang pembicara menggunakan kosakata atau pola bicara yang spesifik secara regional dengan tetap mempertahankan struktur linguistik dasar yang sama. Namun, ini mungkin merupakan bahasa yang berbeda, jika ada perubahan tata bahasa atau leksikal substansial yang membuat ucapan tersebut sama sekali tidak dapat dipahami oleh penutur dari daerah lain. Untuk membedakan antara bahasa dan dialek, perlu untuk memeriksa lingkungan sosiokultural di mana pidato tersebut digunakan dan pemahaman linguistik.
Dialek suatu bahasa diciptakan oleh faktor-faktor non-linguistik, terutama yang berkaitan dengan politik, budaya, dan ekonomi. Terakhir, pengguna melaporkan bahwa ada beragam aksen dan dialek. Dalam bahasa ibu, dialek adalah kata-kata. Namun, bahasa resmi atau bahasa standar di Indonesia adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, ketika berbicara bahasa Indonesia, setiap lokasi memiliki dialek atau aksennya sendiri.
Misalnya, orang Papua berbicara dengan dialek bahasa Indonesia yang berbeda dengan orang Madura, Manado, dan sebagainya. Meskipun mereka semua berbicara bahasa Indonesia, mereka semua memiliki logat yang berbeda. Kita bisa menentukan identifikasi sosial dari sini. Karena dialek adalah variasi dari bahasa daerah atau lokal, dialek membantu menghasilkan bahasa. Dialek memiliki ciri-ciri tertentu. Ketika dialek berkembang, dialek menjadi bahasa daerah yang dapat digunakan dalam literatur daerah yang sesuai.